Thursday, December 15, 2011

MAKALAH MANFAAT KURKUMIN PADA KUNYIT UNTUK MENAHAN LAJU PERTUMBUHAN KANKER DAN MENANGKAL RADIKAL BEBAS


BAB I
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang Masalah
Saat ini kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Tubuh yang sehat akan menunjang kita sehingga dapat menjalankan segala rutinitas serta aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, banyak orang yang rela menghabiskan banyak uang hanya untuk mendapatkan jasmani yang sehat.
Dalam dasa warsa terakhir, industri dan perdagangan produk herbal dan suplemen diet dari bahan alami cenderung meningkat di seluruh dunia. Cina dikenal sebagai pusat produksi obat herbal di dunia. Di Indonesia, pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah dikenal sejak lama. Hal ini diikuti dengan tumbuh kembangnya industri jamu, makanan dan minuman kesehatan, obat herbal, serta kosmetik yang berbasis bahan baku alami.
Tradisi nenek moyang kita memang hebat. Entah apa yang menggerakkan pikiran mereka sehingga mereka dapat dikatakan pandai dan berbudaya tinggi termasuk dalam soal pengobatan dan kesehatan. Kita sekarang lebih mengenal obat-obat sintetik dibandingkan obat dari bahan alami padahal ternyata alam telah menyediakan semua kebutuhan jika kita bisa mengolahnya.
  Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri obat asli Indonesia (OAI), kosmetik maupun makanan dan minuman adalah kunyit. Rimpang kunyit bermanfaat antara lain untuk mengobati gusi bengkak, luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan pencernaan, perut kembung, serta menurunkan tekanan darah. Rimpang kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna, campuran dalam kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan. Baru-baru ini dihasilkan penelitian yang benar-benar melengkapi deretan manfaat kunyit yang telah lama diketahui bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit yaitu kurkumin ternyata mampu menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas.
B.             Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam makalah ini adalah manfaat kurkumin pada kunyit untuk menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas. Untuk dapat melakukan kajian secara empiris, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.       Apakah senyawa kurkumin pada kunyit dapat  menahan laju pertumbuhan kanker?
2.       Apakah senyawa kurkumin pada kunyit dapat  menangkal radikal bebas?

C.             Kegunaan Penulisan
Hasil penulisan makalah mengenai manfaat kurkumin pada kunyit untuk menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1.       Secara Teoritis
Kegunaan penulisan makalah ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam dunia kesehatan untuk melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam terhadap senyawa kurkumin yang terdapat dalam kunyit, khususnya untuk menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas.
2.       Secara Praktis
Kegunaan penulisan makalah ini secara praktis diharapkan dapat yaitu dapat digunakan sebagai obat penahan laju kanker dan penangkal radikal bebas.













BAB II
KAJIAN TEORI

A.             Kunyit
Kunyit merupakan tanaman berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina, Taiwan, Indonesia, dan Filipina.
Klasifikasi tanaman kunyit sesuai dengan urutan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi         : Spermatophyta
Kelas         :  Monocotyledoneae
Ordo         :  Zingiberales
Famili        :  Zungiberaceae
Genus      :  Curcuma
Species    :  Curcuma Longa Linn
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
Kunyit merupakan rempah-rempah yang sering digunakan, terutama untuk kari. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
Zat warna kuning pada kunyit (berkode E100) dimanfaatkan untuk melindungi produk makanan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Bila digunakan bersama zat warna lain, yakni annatto (E160b), kunyit dapat dimanfaatkan untuk memberi warna pada keju, yogurt, mentega, dan margarin.
Komposisi utama penyusun kunyit yaitu minyak atsiri (volatil oil), furmerol, sineol, zingiberin, borneol, karvon, dan kurkuminoid. Kandungan terbesar dari kunyit adalah zat warna kurkumoid. Kurkumoid sendiri terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin (sejenis senyawa polifenol) merupakan senyawa aktif pada kunyit, yang terdapat dalam dua bentuk tautomer, yakni bentuk keto pada fase padat dan bentuk enol pada fase larutan.

B.             Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang relatif tidak stabil dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu, molekul menjadi tidak stabil dan radikal. Supaya stabil molekul ini selalu berusaha mencari pasangan elektronnya, yaitu dengan cara merebut elektron dari molekul lain secara membabi buta. Karena itulah dia disebut radikal bebas.
Jika sudah merebut elektron molekul lain, akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah. Perebutan elektron oleh radikal bebas, berakibat tidak baik pada molekul yang elektronnya dicuri. Molekul ini akan mengalami kerusakan molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, polisakarida, lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA).
Sel yang elektronnya diambil oleh radikal bebas akan rusak, mati atau bermutasi. Tak heran bila radikal bebas dikenal sebagai zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia.



 












Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.
Penjelasan mengenai sumber radikal bebas endogenus ini sangat bervariasi. Sumber endogenus dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui ischemic. Autoksidasi adalah senyawa yang mengandung ikatan rangkap, hidrogen alilik, benzilik atau tersier yang rentan terhadap oksidasi oleh udara. Contohnya lemak yang memproduksi asam butanoat, berbau tengik setelah bereaksi dengan udara. Oksidasi enzimatik menghasilkan oksidan asam hipoklorit. Di mana sekitar 70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi superoksida dan bersama dengan `OH serta HOCl membentuk H2O2 dengan bantuan bakteri. Oksigen dalam sistem transpor elektron menerima 1 elektron membentuk superoksida. Ion logam transisi, yaitu Co dan Fe memfasilitasi produksi singlet oksigen dan pembentukan radikal `OH melalui reaksi Haber-Weiss: H2O2 + Fe2+ —> `OH + OH- + Fe3 +. Secara singkat, xantin oksida selama ischemic menghasilkan superoksida dan xantin. Xantin yang mengalami produksi lebih lanjut menyebabkan asam urat.
Sedangkan sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar UV. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam. Sinar UVA merusak kulit dengan menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan.
Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang intinya memacu zat karsinogenik, sebagai faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar LDL (low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu penurunan suplai darah atau ischemic karena penyumbatan pembuluh darah serta Parkinson yang diderita Muhammad Ali menurut patologi juga dikarenakan radikal bebas.
Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`), hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2), oksida nitrit (NO`), peroksinitrit (ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl).

C.             Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi.  Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.  Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.

Antioksidan diharapkan aman dalam penggunaan atau tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), tersedia dengan harga cukup terjangkau, dan tahan terhadap proses pengolahan produk . Antioksidan penting dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam kapasitas berlebih menyebabkan kerusakan sel.
Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem antioksidan endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksigen reaktif.  Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya.

Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu. Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid. Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus” dapat berperan sebagai antioksidan. Zin “et al”. (2002) menyatakan bahwa golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun mengkudu berasal dari golongan flavonoid. Gingseng yang berperan sebagai antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, mengandung saponin glikosida (steroid glikosida). Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin. Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sementara itu, Iwalokum “et al”.(2007)menyatakan bahwa “Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid, tanin, dan sterois glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikrob.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil , Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase. Antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai, Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten. Antioksidan tersier yang berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas, Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase. Mekanisme kerja antioksidan selular menurut Ong et al. (1995) antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal; mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif; mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik; mencegah kemampuan oksigen reaktif; dan memperbaiki kerusakan yang timbul.

D.      Kanker
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk :
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia.
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok dapat menyebabkan banyak kanker daripada faktor lingkungan lainnya. Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Kanker dapat menyebar melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain.
Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat invasif.
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kanker :
1.       Bahan Kimia
Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen. Ada beberapa zat khusus yang terkait dengan jenis kanker tertentu. Rokok tembakau dihubungkan dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari 90% kanker paru-paru. Keterpaparan secara terus-menerus terhadap serat asbestos dikaitkan dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga karsinogen. Tetapi, beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh bahan kimia bersifat karsinogen yang bukan mutagen. Bahan kimia seperti ini bisa menyebabkan kanker dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan sedikit waktu bagi enzim-enzim untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi. Riset selama beberapa dekade menunjukkan keterkaitan antara penggunaan tembakau dan kanker pada paru-paru, laring, kepala, leher, perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, dan pankreas. Asap tembakau memiliki lebih dari lima puluh jenis karsinogen yang sudah dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
2.       Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya. Diperkirakan 2% dari penyakit kanker di masa yang akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari telepon seluler dan sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.
3.       Infeksi
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan saja berlaku pada binatang-binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga 20% terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia. Virus-virus ini termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia (mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis (leukemia sel T), dan helicobacter pylori (kanker lambung). Jenis tumor yang ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang bertransformasi secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang bertransformasi secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di dalam genom induk.
4.       Ketidakseimbangan Metabolisme
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, seringkali terbentuk dari lintasan metabolisme senyawa xenobiotik, dapat membentuk ikatan kovalen dengan DNA, atau mengikat pada serum albumin dan gugus valina dari hemoglobin, dan menginduksi lintasan karsinogenesis.
5.       Ketidakseimbangan Hormonal
Tingginya rasio plasma hormon TGF-β, yang merupakan regulator pada proses penyembuhan luka, akan meningkatkan produksi ROS pada fibroblas, serta diferensiasi fibroblas menuju fenotipe miofibroblas.
6.       Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kanker. Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah penyebab kanker adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi tidak semua jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang dialami dan juga genotipe dari mutasi yang terjadi.















BAB III
PEMBAHASAN

Kunyit (Curcuma longa Linn) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat herbal asli dari wilayah Asia Selatan. Sejak dulu, kunyit sudah dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk berbagai penyakit. Hal ini tak lepas dari kandungan kunyit berupa kurkuminoid, minyak atisiri, mineral, dan zat-zait lain yang memiliki manfaat terhadap dunia medis. Kandungan terbesar dari kunyit adalah zat warna kurkumoid. Kurkumoid sendiri terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin.

                Pertengahan tahun 2009, tim riset hasil kolaborasi beberapa universitas dan badan riset di Korea Selatan, membuktikan secara in vitro dengan analisa SPR (Surface Plasmon Resonance) maupun in vivo dengan analisa APN-specific antibody competition, bahwa salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit ternyata mampu menahan laju pertumbuhan kanker. Seperti dugaan para ahli sebelumnya, kurkumin (senyawa fenolik alam), yang memiliki potensi dalam pengobatan kanker. Penelitian tersebut melibatkan proses pengujian atau dikenal sebagai ‘screening process’ terhadap kurang lebih 3000 jenis senyawa yang diperkirakan aktif menghambat pertumbuhan sel kanker dan akhirnya diperoleh fakta bahwa senyawa kurkumin memiliki aktivitas kemopreventif.
Kurkumin merupakan bagian terbesar pigmen kuning yang terdapat pada rimpang kunyit (Curcuma Longa Linn). Kurkumin ( 1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil )-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. Kandungan kimia yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan.
Kurkumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Degradasi kurkumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa (Aggarwal et al., 2003a). Struktur kimia kurkumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion].


 




STRUKTUR KURKUMIN

Memang, selama dua dekade belakangan ini, penelitian tentang kurkumin sebagai bahan aktif untuk beberapa penyakit telah banyak dilakukan. Di antara penelitian-peneitian tersebut antara lain, kurkumin memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Rao, 1997. , Majeed et al. , 1995), antiinflamasi (Van der Goot, 1997. , Sardjiman, 1997), antikolesterol (Bourne et al., 1998), antikanker (Huang et al., 1997. , Singletang et al., 1998. , Huang et al., 1998), dan antiHIV (Mazumder et al., 1997. , Bartholerny et al. , 1998).
Mekanisme kerja kurkumin sebagai antikanker merupakan hal yang sangat kompleks, dikarenakan adanya kemampuannya berikatan dengan enzim aminopeptidase N. (APN) dan menghambat aktivitas enzimatiknya. APN adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan membran di dalam tubuh (dikenal sebagai zinc-dependent metalloproteinase) dan bertanggung jawab terhadap angiogenesis dan pertumbuhan tumor.
APN tersebut yang berfungsi membongkar protein pada permukaan sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat mengambil alih kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara tak dapat balik (irreversible).
Aktivitas antioksidan dan penangkap radikal bebas pada kurkumin terdokumentasi dengan baik dan mengindikasikan hubungannya sebagai penghambat proses karsinogenesis kanker. Aktivitasnya sebagai antiplamasi yaitu sebagai inhibitor asam sikloorgenase memiliki kaitan dengan aktifitasnya sebagai antikanker terutama kanker kolon. Peranan kurkumin pada kunyit sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas tidak lepas dari struktur senyawa kurkumin yang mengandung gugus fenolik. Gugus fenolik dapat digunakan sebagai antioksidan karena bereaksi dengan radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk selanjutnya distabilkan karena banyaknya resonansi pada cincin aromatik, sehingga radikal bebas ini tidak dapat menyerang senyawa kimia lain dalam tubuh. Pada struktur senyawa kurkumin terdapat 2 gugus fenolik, sehingga 1 molekul kurkumin dapat menangkal 2 radikal bebas. Mekanisme radikal bebas oleh gugus fenolik pada kurkumin dapat dilihat pada gambar berikut :



 

















MEKANISME PENANGKALAN RADIKAL BEBAS PADA KURKUMIN
Kurkumin juga aktif dalam menghambat proses karsinogenesis pada tahap inisiasi dan promosi atau progresi. Kurkumin juga memiliki efek memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan. Penelitian lain menunjukkan bahwa kurkumin mampu menghambat proliferasi sel dan menginduksi perubahan siklus sel pada colon adenocarcinoma celf lines tanpa tergantung jalur prostagiandio (Hanif et al. , 1997). Kurkumin juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara manusia tanpa tergantung ekspresi reseptor estrogen (Verma et al., 1998).
Semua kemampuan kurkumin pada kunyit inilah yang menyebabkan kunyit memiliki potensi yang tinggi sebagai obat herbal antikanker. Yang diperlukan hanyalah pemahaman bagaimana mengoptimalkan mendapatkan kandungan kurkumin yang maksimal setiap pengolahan kunyit agar efek antikanker yang dirasakan pasien kanker semakin efektif.
             Sebagai antikanker, aksi kurkumin dikaitkan dengan aktifitasnya sebagai senyawa antiinflamasi yaitu, sebagai inhibitor enzim sikloorgenase (suatu enzim yang mengkatalis pembentukan prostadonat), dan juga sebagai senyawa pemacu apoptosis. Kurkumin juga memiliki efek memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan.
Penelitian lain menyebutkan bahwa Kurkumin, komponen utama dalam kunyit yang banyak digunakan dalam bumbu kari ternyata mampu menekan jalur sinyal sel yang mendorong pertumbuhan kanker di kepala dan kanker leher. Kurkumin dapat bekerja dalam mulut pasien penderita kanker ganas kepala dan leher, serta mengurangi pertumbuhan kanker.
Penelitian ini menggunakan air liur manusia dan hasil penelitiannya telah dimuat pada 15 September 2011 dalam jurnal Clinical Cancer Research yang diterbitkan oleh American Association of Cancer Research.
“Tak hanya mempengaruhi kanker dengan menghambat jalur sel sinyalnya, kurkumin juga mempengaruhi air liur dengan mengurangi enzim sitokin, penyebab radang yang ada dalam air liur,” kata Dr. Marilene Wang peneliti di UCLA Jonsson Comprehensive Cancer Center seperti dikutip dari ScienceDaily, Kamis (15/9/2011).
Kunyit adalah rempah-rempah yang banyak digunakan di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tengah untuk memasak dan telah lama dikenal memiliki sifat obat, yaitu memiliki sifat anti radang. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurkumin dapat menekan pertumbuhan kanker tertentu. Selama bertahun-tahun, para perempuan di India telah menggunakan kunyit sebagai obat oles anti penuaan, mengobati kram selama menstruasi dan sebagai tapal pada kulit untuk mempercepat penyembuhan luka.
“Sebuah penelitian tahun 2005 yang dilakukan oleh Dr. Wang dan timnya menunjukkan bahwa kurkumin menekan pertumbuhan kanker kepala dan leher pada tikus. Dalam penelitian hewan, kurkumin diterapkan langsung pada tumor dalam bentuk pasta. Penelitian tahun 2010 yang juga dilakukan pada sel tikus menemukan bahwa kurkumin menekan pertumbuhan kanker leher dan kepala dengan cara mengatur siklus sel,” kata Eri Srivatsan, profesor bedah dan peneliti Jonsson Cancer Center yang telah mempelajari kurkumin dan sifat anti-kankernya selama tujuh tahun bersama Dr. Wang.
Kurkumin mengikat dan mencegah enzim yang dikenal sebagai inhibitor kappa β kinase (IKK) yang mendorong pertumbuhan kanker. Dalam penelitian ini, 21 pasien kanker kepala dan leher memberikan sampel air liur mereka sebelum dan setelah mengunyah dua tablet kurkumin 1.000 miligram. Satu jam kemudian, sampel air liur diambil dan proteinnya diekstraksi untuk mengukur aktivitas kinase IKKβ.
Memakan kurkumin tidak hanya membuatnya melakukan kontak dengan kanker, tetapi juga dengan air liur, dan penelitian ini menunjukkan bahwa hal itu mengurangi tingkat sitokin dalam memperparah kanker.
“Sebuah laboratorium independen di Maryland mengkonfirmasi bahwa sitokin dalam air liur mendorong peradangan dan ikut membantu memberi makan kanker. Namun sitokin berkurang pada pasien yang mengunyah kurkumin dan menghambat jalur sinyal sel yang memicu pertumbuhan kanker,” kata Wang.
Kurkumin memiliki efek penghambat yang signifikan, memblokir dua pemicu pertumbuhan kanker kepala dan kanker leher yang berbeda. Para peneliti yakin bahwa kurkumin dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher. Selain itu juga dapat diberikan kepada pasien yang berisiko tinggi mengalami kanker kepala dan leher, yaitu para perokok, mereka yang suka mengunyah tembakau, dan penderita infeksi virus HPV.
Agar efektif dalam memerangi kanker, kurkumin harus digunakan dalam bentuk suplemen. Meskipun kunyit digunakan dalam memasak, jumlah kurkumin yang diperlukan untuk menghasilkan efek klinis jauh lebih besar. “Mengharapkan efek positif melalui makan makanan yang dibumbui dengan kunyit tidaklah realistis,” kata Wang.
Langkah berikutnya bagi Dr. Wang dan timnya adalah mengobati pasien dengan kurkumin untuk waktu yang lebih lama dan melihat efek penghambatannya dapat meningkat. Mereka berencana untuk mengobati pasien kanker yang dijadwalkan beberapa minggu berikutnya akan mendapat operasi. Mereka akan melakukan biopsi sebelum pemberian kurkumin dan pada saat operasi kemudian menganalisis jaringan untuk mencari perbedaan efeknya.
“Ada potensi untuk pengembangan kurkumin sebagai pengobatan pendukung untuk pasien kanker. Kurkumin tidak beracun, ditoleransi dengan baik, murah dan mudah diperoleh di toko makanan kesehatan. Meskipun penelitian ini cukup menjanjikan, penting untuk memperluas penemuan sehingga lebih banyak pasien yang mengkonfirmasi temuan kami,” jelas Dr Wang.
Para peneliti sepakat bahwa kurkumin dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher. Selain itu juga dapat diberikan kepada pasien yang berisiko tinggi mengalami kanker kepala dan leher, yaitu para perokok, mereka yang suka mengunyah tembakau, dan penderita infeksi virus HPV.

.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.             Kesimpulan
1.       Kurkumin memiliki kemampuan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antiHIV.
2.       Kurkumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO).
3.       Degradasi kurkumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa.
4.       Gugus fenolik pada kurkumin dapat menangkal radikal bebas karena terstabilkan oleh banyaknya resonansi pada cincin aromatik.
5.       Mekanisme kerja kurkumin sebagai antikanker berikatan dengan enzim aminopeptidase N, ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara irreversible.
6.       Kurkumin dapat memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan.
7.       Kurkumin juga mempengaruhi air liur dengan mengurangi enzim sitokin, penyebab radang yang ada dalam air liur.
8.       Kurkumin dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher.
B.             Saran
1.       Agar kerja kurkumin menjadi efektif, sebaiknya konsumsi kurkumin dalam bentuk suplemen.
2.       Sebaiknya diadakan sosialisasi mengenai manfaat kurkumin pada kunyit untuk menahan laju pertumbuhan kanker karena masih sangat sedikit masyarakat yang mengetahui hal ini.
3.       Pengukuhan mengenai manfaat kurkumin dapat dijadikan sebagai peluang bisnis obat herbal bagi negara-negara Asia Selatan, khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia, dan Filipina sebagai negara pembudidaya kunyit.
DAFTAR PUSTAKA


Darwis SN. 1991. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor : Puslitbang Tanaman Industri
Fessenden, R, J.; Fessenden, J, S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Hart, H.; Craine, L, E.;Hart, D, J. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Setiadi, Muhamad Irwan. 2008. Sintesis Maltovanilat Melalui Mekanisme Steglich Menggunakan Pelarut Aseton. Karya Utama Sarjana Kimia. Departemen Kimia FMIPA UI.
Shahidi, F. M. Naczk. 1995. Food Phenolics. Technomic pub. Co. Inc. Iansester Basel.
Soedibyo, BRA Mooryati. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat dan kegunaan: kunyit. Cetakan 1. Jakarta : Balai Pustaka.
Winarno, FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia.

No comments:

Post a Comment